Ancaman Masa Depan Islam Indonesia

ahmad najib burhani

Modernis.co, Malang – Buku karya Ahmad Najib Burhani yang berjudul “Heresy and Politics How Indonesian Islam Deals With Extremism, Pluralism, and Populism” merupakan kumpulan catatan kritis dan reflektif dalam melihat realitas sosial yang berkembang di Indonesia belakangan ini.

Catatan tersebut merupakan kumpulan beberapa tulisan yang sudah terbit di beberapa media ternama sekaliber Kompas, Today Singaphore, The Jakarta Post, Firstpost India, dan ISEAS Commentary. Tak lupa untuk melengkapi bagian bagian penting beberapa tulisan juga diambil dari jurnal berkelas terindeks scopus seperti jurnal Studia Islamika UIN Jakarta.

Buku yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah ini merupakan hasil kajian kritis bagaimana penulis melihat perkembangan Islam di Indonesia dalam tiga dekade terakhir. Ia menjelaskan di era tahun 1990 merupakan era “Islam Turn” yang ditandai dengan adanya gerakan beberapa santri yang masuk dalam Pemerintahan, yang lebih berorientasi pada pemerintahan yang religius dan marakanya aktivitas keislaman di ruang publik.

Di era tahun 2000 disebut sebagai era “Conservative Turn”. Era ini paling menonjol ditandai adanya pertumbuhan gerakan radikalisme dan terorisme. Sedangkan perubahan yang ketiga di tahun 2010 umumnya disebut sebagai “demokrasi yang taat atau tidak liberal “. Dalam hal ini sejumlah Islamis menjauhkan diri dari kekerasan dan terorisme, dan lebih menyesuaikan gerakan mereka dengan demokrasi dan Pancasila serta mengubah wajah konservatisme menjadi sesuatu yang mengarah pada budaya pop.

Buku yang ditulis oleh peneliti senior LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) ini membahas bagaimana dinamika antara agama, terutama lslam, dan politik selama tiga dekade tersebut. Konsep “Heresy” di sini merujuk pada hasil dari keterlibatan itu dalam empat tingkatan. Pertama, pengadopsian narasi, istilah-istilah, dan jargon keagamaan dalam persaingan politik dan persaingan. Kedua, keterlibatan politik dalam “kampanye antibidah” yang menyatakan mereka yang memiliki pandangan agama yang berbeda sebagai orang murtad atau “sesat dan menyesatkan.

Ketiga, modifikasi dan politiasi ritual keagamaan untuk keuntungan ekonomi dan poltik Keempat, Kampanye negara khalifah, politik yang berorientasi pada syariah, dan penyebaran radikalisme dan terorisme keagamaan. Fenomena ini dapat dilihat sebagai “bid’ah baru” yang hanya dapat ditemukan pada zaman modern ini sebagai hasil dari ikatan antara agama dan politik.

Maka dari itu buku yang mencerahkan ini penulis mencoba menawarkan pandangan-pandangannya terhadap perkembangan keberagamaan khususnya agama Islam bagaimana Islam Indonesia mengatasii ancaman  adanya Islam populis, ekstrimis, dan pluralis. Yang mana ketiganya bisa merubah wajah masa depan Islam Indonesia yang sudah dikenal dengan Islam moderat, Islam Wasathiyah (tengahan) menjadi Islam yang intoleran, kaku, konservatif dan fundamentalis.

Di bagian awal isi buku ini, penulis menguraikan permasalahan mengenai politik identitas. Menurut penulis politik identitas turut mewarnai kancah perpolitikan di Indonesia sehingga tak jarang simbol-simbol keagamaan menjadi alat jitu dalam melaksanakan strategi politik untuk meraih kekuasaan.

Tak cukup dengan menggunakan simbol, fatwa ulama’ juga ikut andil dalam mempengaruhi masyarakat muslim Indonesia dalam menggunakan hak pilihnya di pemilihan daerah maupun Presiden. Selain itu aksi-aksi keagamaan yang dikenal dengan istilah “Aksi Bela Islam dan Aksi Bela Tauhid” sebagai langkah praktis bagaimana politik identitas begitu massif dilancarkan.

Di bagian berikutnya penulis membeberkan wacana keterlibatan ormas keagamaan Islam dalam politik praktis. Selain itu penulis juga menjelaskan hubungan pengaruh tokoh keagamaan yang dijadikan pasangan politik dalam mengikuti konstelasi pemilihan. Tak lupa di bagian selanjutnya penulis menguraikan serta mengkritik perkembangan gerakan radikalisme dan aksi terorisme di Indonesia. Kemudian menjelaskan bagaimana hubungan Abu Jundal dan geneologi Islam radikal serta memahamai sosiologi agama terorisme.

Kemudian di bagian akhir, penulis mendiskusikan Islam Indonesia antara ideology,ritual dan sosial praktis. Penulis menjelaskan fenomena perkembangan hijab di Indonesia dari penindasan sampai ke gaya hidup atau menjadi trend fashion. Kemudian perkembangan antara ibadah ritual Islam dan realitas. Di sini penulis mempertanyakan cara keberagamaan muslim Indonesia yang lebih mementingkan ibadah ilahiyah (kesalehan individu) daripada Ibadah sosial (kesalehan sosial).

Bila boleh ditarik kesimpulan maka buku ini mencoba menaruh perhatiannya dalam mengamati perkembangan Islam di Indonesia dan menjaga agar wajah Islam Indonesia yang terlihat ramah, toleran, moderat tidak berubah ke wajah Islam yang menakutkan, Islam yang mengerikan, dengan demikian masa depan Islam Indonesia lebih terjaga dari ancaman – ancaman yang ada.

Oleh: Soni Zakaria (Dosen Prodi Hukum Keluarga Islam FAI UMM)

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment